[SugarPop Drable Collection] #10 Make It Happen…

Ｍａｋｅ　ｉｔ　Ｈａｐｐｅｎ．．．

Should we?

.

Fanfic / Drable / Fluff / General / Jieun / Chen

read too : Perfect Crime | Spellbound | Contract Accepted | Superhero | You’re My Perfection | More Than Pizza | And More … | Jongin Trick | Shout it Loud |

Ini hari minggu, jam istirahat dan hujan turun lebat siang itu. Impiannya menghabiskan siang bergelung ditempat tidur atau paling tidak menonton televisi dengan semangkuk ramen panas, itu akan sangat sempurna. Tapi disini Jongdae sekarang. Berjalan menuju halte bus dengan jaket tebal payung dan satu payung lagi untuk seseorang. Kalau bukan karena permintaan orang itu mungkin Jongdae tidak akan sudi berbaur dengan dingin hujan.

Kalau itu bukan Lee Jieun, ini tidak akan terjadi. Batin Jongdae.

Dua puluh menit kemudian Jongdae tiba didepan pintu gerbang salah satu gedung tempat les gitar terkenal dikawasan Hongdae. Masih ditemani hujan lebat, Jongdae membuka gerbang itu dan melangkah masuk. Disana, didepan pintu lobi gedung sudah berbaris mereka yang menunggu hujan reda. Dan Jongdae mendapatkannya, seorang gadis dengan cardigan kuning dan rok selutut bercorak merah.

“Apa dia gila?” ucap Jongdae saat melihat penampilan gadis itu yang bisa ditebak dia sedang sangat kedinginan sekarang. “Ji…!” teriak Jongdae. Jieun yang melihat kedatangan Jongdae terlihat bahagia.

“Ah! Jongdae, aku fikir kau tidak akan menjemputku,” ucap Jieun saat Jongdae sudah ada disampingnya.

“Jinja? Bahkan setelah kau mengancamku tidak akan menyapaku selama satu minggu kedepan? Tsh~”

“Hahaha, benarkan. Kau tidak akan tahan aku diamkan lama – lama,”

“Bukan karena aku tidak tahan, tapi orang – orang akan mulai menyebar berita aneh lagi tentang kita,”

“Berita yang aneh?” tanya Jieun.

“babo! Mereka akan membual tentang kita sepasang kekasih dan sedang bertengkar,”

“aahh~ ya biarkan saja mereka,” Jieun melepaskan tas gitar yang dia gendong dari tadi dan dia serahkan pada Jongdae. Selalu seperti ini, tanpa menolak Jongdae menerimanya kemudian menyampirkan tas itu di punggungnya.

“Aku ingin membiarkannya, tapi kau dan aku hanya tetangga yang kebetulan menjadi sahabat oke,” jawab Jongdae yang mulai kesal. Dia selalu kesal dengan kondisi dia dan Jieun seperti ini. Jongdae merasa terkadang mereka seperti sepasang kekasih, seperti Jieun hanya miliknya tapi kembali teringat mereka memang kebetulan hanya sahabat dan sudah mengenal satu sama lain dalam jangka waktu yang lama.

“Kalau begitu jadikan aku pacarmu,” Jongdae yang tengah membuka payung untuk Jieun menghentikan aktivitasnya kemudian menatap Jieun yang ada disampingnya.

“A..a.pa?”

“Apa kau tidak merasa selama ini hanya kau yang aku miliki,” ucap Jieun kikuk. “Mereka bilang, lelaki dengan sense seni akan sangat peka dengan lingkungannya. Tapi kau tidak, aku sudah mengirimkan banyak sinyal tapi kau tetap hanya menganggapku sebagai sahabatmu,”

Jongdae terdiam. Dia serasa bumi berhenti berputar dan yang terngiang dalam telinganya hanya ucapan Jieun barusan. Apa ini?

“mwoya,” dengus Jieun kesal. “Ayo kita pulang, aku mulai mati kedinginan.” Jieun mengambil payung ditangan Jongdae dan bersiap melangkah. Sedikit kecewa memang dengan sikap Jongdae atau mungkin Jieun terlalu terburu – buru?

“Tunggu sebentar,” dengan segera tangan Jongdae menahan tangan Jieun dan dia merasakan tangan mungil itu sangat dingin. Dengan segera Jongdae melepas jaket tebalnya dan memasangkan pada tubuh mungil Jieun. “Ayo kita pulang, pacarku” Jieun terdiam.

“Apa ini?”

“Bukannya tadi kau meminta untuk mengubah status kita? Lagi pula aku juga benci hanya kau jadikan sahabat tadi apa yang kita lakukan sudah seperti sepasang kekasih, ayo..”

Jieun tersenyum mendengarnya. Dengan segera Jieun menutup payungnya kemudian meraih tangan Jongdae dan memeluknya erat. “Ayo kita pulang,”

Jongdae tersenyum melihat tingkah Jieun. “Kau mau kita pulang dengan satu payung dan berpelukan untuk memberiku kehangatan,”

Jieun mengangguk kecil. “Ayo sayangku, hahaha”

.

.

-Kkeut.