This is an Answer?

Fanfic / OneShoot / Romance – School Life / General / Still Mysterious ^^

karena setiap pengharapan dan permintaan selalu ada jawaban, jadi apa ini jawaban untuku?

.

fanfic ini semacam HINT, hint buat apa? baca aja yaa ❤

.

.

Ada tiga kondisi untuk mendeskripsikan seseorang tengah jatuh cinta, pertama mereka akan bertambah cantik karena mencoba membuat dia terpikat, kedua mereka menjadi butan karena apapun kata dunia dia adalah yang paling benar dan terakhir mereka menjadi gila dengan melakukan apapun untuk mendapatkannya. Untuk tiga opsi ini sepertinya aku masuk kondisi terakhir. YA, cinta membuatku gila.

Bagaimana bisa gadis sepertiku yang bahkan sebelumnya benci dengan hal – hal romantic, sekarang malah dengan seribu mata aku mencoba mencari hal romantic dan aku lakukan untuknya. Gadis sepertiku yang biasanya menghargai privasi karena aku juga tidak suka saat seseorang menggangguku, sekarang aku malah menjadi seorang penguntit, oh tidak ini terlalu menyeramkan. Dan terakhir, bagaimana bisa aku yang malas menghafal sekedar untuk ulangan besok, sekarang rajin mencari tahu semua tentang dia. Bagaimana bisa?

Aku dan dia masuk ditahun sekolah yang sama. Tahun pertama dia berada di 1-4 dan aku ada di 1-6. Bodoh? Oh tidak, aku hanya kurang beruntung saat ujian masuk sekolah. Otaku patut kalian pertimbangkan. Enam bulan pertama berjalan lancar, aku sama sekali tidak menyadari keberadaannya sampai pada penghujung semester pertama bertemu dengannya.

Berterimakasih pada murid 1-4 yang dengan perjuangannya meneriakan cinta didepan umum, karena hari itu untuk pertama kalinya aku mendapati sosoknya tengah tersenyum di jendela 1-4 tepat disebrang kelasku.

Aku melihatnya. Dia dengan rambut hitam tertata rapih, senyum manis dan mata yang indah. Ah, kalian tahu, rasanya aku tidak bisa melepas pandangan darinya. Hari itu, aku jatuh cinta padanya. Pada lelaki murid 1-4 yang aku bahkan tidak tahu namanya.

“Aku tahu siapa nama murid itu,” satu suara yang sontak membuatku membulatkan mata karena, pertama kaget dengan suara tiba – tiba ini dan kedua karena, hey sahabatku memang bisa diandalkan.

“Pangeran 1-4 yang kau cintai itu berna-”

Belum selesai Ara dengan kalimatnya, aku segera membekap mulutnya. Tidak, jangan sampai ada yang dengar. “Bisikan saja namanya, aku tidak mau ada gossip,”

Ara mengangguk sambil memprotes untuk melepaskan tanganku. Selanjutnya, Ara membisikan satu nama padaku. Nama dari lelaki murid 1-4 itu. Dan hari itu, di awal semester dua. Aku tahu namanya.

“Thanks Ara,” ucapku tulus, sungguh.

“Jadi apa yang akan kau lakukan? Kenalan? Mau kubantu?”

Aku menggeleng cepat. “Terlalu cepat, sekarang biarkan dulu seperti ini..”

“Bagaimana kalau perempuan lain mendapatkannya disaat kau berdiam seperti ini?”

“Kau percaya pada Cinta Ara? Jika memang kami jodoh, kami akan bersatu…”

PAK.

Tanpa segan Ara mengahantam kepalaku dengan buku sosiologi yang sebentar lagi akan kami pelajari. Buku sosiologi yang tebalnya hampir 400 halaman. Tolong bunuh Ara jika hantaman ini membuatku lupa siapa nama lelaki itu. “Hentikan kalimat Cheesy mu itu, terdengar menjijikan ditelingaku” ucap Ara sebal.

“Kau akan merasakannya saat jatuh cinta Ara, Do you remember Fallin Love?” tanyaku sambil tersenyum manis. Sepertinya Ara akan menjatuhkan satu pukulan lagi, beruntungnya Jung Ssaem datang menyelamatkan kepalaku beserta Isinya, terutama nama lelaki itu.

Tidak banyak yang aku lakukan setelah mengenal namanya. Masih seperti biasa, memperhatikannya dari jendela kelas, makan dikantin dijajaran yang sama dengannya, menghabiskan sore di perpustakaan satu blok dengannya atau menghabiskan uang jajanku dengan memesan beberapa cup ice cream dikedai samping sekolah hanya untuk menemaninya menghabiskan sore.

Aku gila.

“Kau gila,” itu ucap Ara dan aku tahu.

Ara menyarankanku untuk segera mengambil langkah maju, tapi aku belum cukup berani. Setidaknya untuk bertarung kau harus tau medan perang seperti apa bukan? Maka dari itu, empat bulan disemester dua aku berubah menjadi stalker, aku mencari tahu semua tentangnya membuatku melangggar batas privasi. Ah tidak juga, aku hanya mencari tahu tentang dia selama di sekolah, saat dia melangkah dari gerbang sekolah disanalah batasku untuk berhenti. Ya, aku masih tahu batasan.

Dan banyak yang aku tahu tentangnya.

• Dia pandai bernyanyi, saat praktek akhir semester dia bernyanyi dipasangkan dengan murid yang bermain gitar.
• Dia setia kawan
• Dia memiliki 3 sahabat tapi sekarang sepertinya bertambah 1
• Dia tidak segan untuk membantu kalau sudah urusan dengan persahabatan
• Dia suka anime
• Dia tidak terlalu pandai tapi tidak bodoh juga
• Dia suka ice cream terlebih banana split
• Buku yang sering dibaca diperpustakaan adalah tentang self improvement
• Katanya dia akan melanjutkan kuliah di major phsy.
• Dan masih banyak lagi.

Aku menyembunyikan semua catatan ini dari Ara, karena jika dia tahu, dia akan segera mendorongku kedepan lelaki itu dan berkata, “Perempuan ini tergila – gila padamu, bisakah kau katakan Hai agar dia kembali normal”

Hahaha dan moment itu jangan dulu terjadi.

Itu yang kulakukan di tingkat satu, hanya mengaguminya seperti orang gila tapi hanya aku yang tahu, karena Ara sempat menyangka aku sudah melupakan lelaki itu. Kenyataannya, bagaimana aku bisa lupa? Ketika semua tentangnya sudah aku tahu, bahkan ketika aku menutup mata ini. Oh.

Dan tingkat dua menyapaku. Tingkat dua, kelas akan disebar. Kami akan dikelompokan berdasarkan prestasi selama tingkat satu. Dengan artian mereka yang berada di 2-1 adalah murid dengan otak kualitas primer. Aku hanya berdoa semoga jangan sampai menjadi penghuni 2-7.

Dan doaku dikabulkan, perjuangan di tingkat satu terbayar dengan aku menjadi penghuni kelas 2-4. Ya, setidaknya aku masih kategori murid dengan otak cemerlang. Satu lagi yang membuatku bersyukur adalah aku satu kelas dengan lelaki itu. Apakah ini sebuah jawaban?

“Aku satu kelas dengannya,” ucapku pada Ara saat kami bertemu dihari pertama tahun ajaran baru.

“Ayo melangkah sedikit,” ucapnya.

Dan aku, berjanji tidak akan menyia – nyiakan kesempatan ini. Tidak akan.

Minggu pertama tahun ajaran baru kami habiskan dengan melengkapi dokumen, transfer data juga tidak lupa kami memindahkan barang dari loker sebelumnya. Hari memindahkan barang loker dimana aku tahu loker miliknya. Apa yang akan aku lakukan dengan loker itu? Entahlah..

Minggu kedua, kelas sesungguhnya dimulai. Mulai hari ini kami sungguh akan belajar dan berinteraksi dengan penghuni kelas baru, aku menunggu moment ini. Aku melangkah menuju kelas, kemudian menyapa beberapa orang yang aku kenal. Ara kebetulan sudah tidak satu kelas denganku, dia lebih beruntung mendapatkan kelas 2-2. Setelah menentukan teman sebangku, akhirnya aku duduk dibarisan ketiga, ini tempat strategis.

Dan dia datang. Melangkah masuk kelas bersama salah satu sahabatnya, kemudian mengucap sapa, sampai akhirnya dia mengambil duduk dikursi barisan ke-empat. Dibelakangku. Refleks, kepalaku mengikuti arah dia berjalan, sampai dia menyadariku kemudian memberiku satu senyuman.

Ara, tolong hantam aku dengan buku statistic, aku yakin senyumannya mampu membuatku lumpuh seketika. Dengan segera aku membalas senyumannya, kemudian berbalik kembali ke mejaku. Jangan melangkah terlalu cepat. Jangan.

Jam pertama adalah perwalian, dimana Wali kelas akan memberi kami bimbingan, saling mengenal juga membentuk organisasi kelas. Dan Wali untuk 2-4 adalah Mr. Yuan, seorang guru sastra China yang memang asli berasal dari China, nama aslinya ‘Zhang Yuan.’

Beliau masuk dengan empat toples candy, entahlah untuk apa, mungkin sebagai media perkenalan. Setelah kami memberi salam padanya, Mr. Yuan memanggil tiga murid lelaki yang mau membantunya membagikan permen – permen ini, katanya permen itu oleh – oleh istrinya yang baru datang dari China. Tiga lelaki maju kedepan dan dia salah satunya.

Hatiku terus berdoa, semoga dia yang membagikan untuk barisanku. Bingo! Sepertinya tuhan sangat mencintaiku. Dia mengambil satu toples kemudian mulai membagikan pada barisan samping kananku lalu lanjut pada barisanku.

Saat dia sampai dimejaku, toples itu tinggal terisi satu permen. Aku tidak punya pilihan, tinggal satu tersisa.

“Kau terakhir,” ucapnya sambil tersenyum.

“Tidak ada pilihan lain,” jawabku sambil membuka tutupnya tapi kemudian dia meraih tanganku.

“Mr. Yuan bilang, untuk yang terakhir bisa memiliki toplesnya, ini jadi milikmu,” ucapnya sambil memberikan toples itu padaku.

Jika otaku tidak terlalu kuat, mungkin saat itu juga pertahananku hancur kemudian aku hilang kendali. Beruntunya aku bisa mengendalikan perasaan ini kemudian tersenyum padanya. “Terimakasih,” ucapku.

Setelah pembagian permen itu, Mr. Yuan mengenalkan dirinya secara lengkap dan jelas. Selanjutnya beliau menyuruh kami satu persatu memperkenalkan diri. Siswa dari barisan kiri meja pertama, meja kedua dibelakang, meja ketiga dibelakang, sampai akhirnya giliran lelaki itu. Satu meja dibelakangku. Dia berdiri dan aku menutup mata sambil menggenggam erat tanganku.

Dia mengucapkan namanya, hatiku berbisik “Aku tahu,” dia mengucapkan tanggal lahirnya “Aku tahu,” dia mengucapkan hobinya “Aku tahu,” semuanya aku tahu dan berakhir dengan tepuk tangan satu kelas.

Sekarang giliranku, aku berdiri kemudian berdehem kecil membersihkan tenggorokanku. “Perkenalkan semuanya, namaku…” ada jeda sebelum aku menyebutkan namaku. “Ryu Sujeong, tapi kalian bisa memanggilki Ryu,”

Aku selesai memperkenalkan namaku ketika satu hentakan dari belakang membuatku menoleh kebelakang. Dia menatapku, kemudian mengulurkan tangannya. “Salam kenal Ryu Sujeong atau Ryu,”

Dengan hati berdebar aku menjabat tanganya dan mencoba tersenyum senormal mungkin. “Salam kenal juga Do Kyungsoo atau Kyung,”

Do KyungSoo, apa yang harus aku lakukan sekarang? Lebih dari setengah tahun aku mengagumimu, jadi apa yang harus aku lakukan disaat sekarang kau mudah untuk kugapai?

 -Kkeut.

jadi apa ini hayooo…? guess what?
dan perkenalkan, ini si cute kita Ryu, be nice to her guys ^^